Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Membunuh Kenangan

MEMBUNUH KENANGAN (Safa Riyah) Ngak terbayang ya saat melihat seseorang yang dulunya begitu kita sayang Yang keadaannya selalu kita perhatikan Yang kabarnya selalu kita pastikan dalam keadaan baik-baik saja Berubah menjadi seseorang yang paling pantang untuk diingat dalam ingatan Bahkan disebut namanya saja jangan sampai terdengar ditelinga Padahal dulu ia masuk dalam barisan nama yang harus dijaga dalam doa Sekarang setiap hal yang berhubungan tentangnya harus dimatikan begitu saja Dan sangat terasa aneh saat kita terbiasa dengan apapun bersamanya,  tetapi harus dipaksa rela bahkan melupa. Seandainya aku dapat mengubah keadaan ingin sekali rasanya aku  mengembalikan semua keadaan yang telah berubah Dan aku senang melihatmu tertawa merayakan bahagia-bahagia seolah   tidak pernah ada luka,  tapi tak apa melihatmu  bahagia sudah cukup membuatku merasa lega. Tapi sekarang tampakanya aku harus perlahan merelakan  kenangan-kenangan kita yang mati satu

Perihal Sepi Dan Kerinduan

Perihal Sepi Dan Kerinduan (Safa Riyah) Malam ini hujan datang, selepas meyambut sang rembulan yang enggan memacarkan sinarnya. Bicara mengenai hujan sama halnya seperti mengusik akan kerinduan. Tentang rindu yang kian gaduh dalam kenangan, tentang rindu yang ngak tau arah untuk berlabuh. Disaat aku sedang merindu, aku takut jika rindu ini tak sampai kehatimu. Dan bagaimana tentang senja? Bukankah senja waktu yang tepat untuk melukiskan rindu? Tak sama dengan hujan, senja menyajikan sedemikian makna diatas kanvas langit yang berwarna jingga. Tentang senja, yang hanya bisa dinikmati oleh mata yang senantiasa ikhlas menantinya. Sejak langit senja tak pernah lagi terlihat sama, Akulah jiwa yang paling merana yang rela menanti senja dengan hebatnya. Cukup aku yang lahir dari sepi dalam rinai hujan dimalam ini. Mengapa merindu menjadikan sepi bertambah lara? Aku adalah jiwa yang hadir karena tutur kata sederhanamu, Aku adalah khayalan yang lahir atas pikat pes