Perihal Sepi Dan Kerinduan


Perihal Sepi Dan Kerinduan
(Safa Riyah)

Malam ini hujan datang, selepas meyambut sang rembulan yang enggan memacarkan sinarnya.
Bicara mengenai hujan sama halnya seperti mengusik akan kerinduan.
Tentang rindu yang kian gaduh dalam kenangan, tentang rindu yang ngak tau arah untuk berlabuh.
Disaat aku sedang merindu, aku takut jika rindu ini tak sampai kehatimu.
Dan bagaimana tentang senja?
Bukankah senja waktu yang tepat untuk melukiskan rindu?
Tak sama dengan hujan, senja menyajikan sedemikian makna diatas kanvas langit yang berwarna jingga.
Tentang senja, yang hanya bisa dinikmati oleh mata yang senantiasa ikhlas menantinya.
Sejak langit senja tak pernah lagi terlihat sama, Akulah jiwa yang paling merana yang rela menanti senja dengan hebatnya.
Cukup aku yang lahir dari sepi dalam rinai hujan dimalam ini.
Mengapa merindu menjadikan sepi bertambah lara?
Aku adalah jiwa yang hadir karena tutur kata sederhanamu, Aku adalah khayalan yang lahir atas pikat pesona senyummu.
Tentang bagaimana aku mengagumi setiap sudut ruang hidupmu,
Namun pada akhirnya aku tetaplah sebatas khayalan semu yang berdiri tegak menatap jiwa yang tak pernah kunjung tiba.
Biarkanlah rinduku tumbuh seiring malam yang datang menjemput senja, Seiring  dengan angan yang hadir menyapa lamunan.
Aku tak akan pernah mengusiknya, biarkanlah rindu itu hadir dan berteman dengan dan kepercayaan, menuntaskan semua sepi yang melanda di jiwa.

Pengangum Senja



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membunuh Kenangan

Segenggam Luka dan Kerinduan